Teori Motivasi
Ada beberapa teori-teori motivasi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang bisa dipertanggung jawabkan :
1. Teori Abraham Maslow
Penjelasan
mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima
kebutuhan pokok yaitu:
a. Kebutuhan
Yang Bersifat Fisiologis
Manifestasi
kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan.
b. Kebutuhan
Keamanan
Kebutuhan
ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam
kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan.
c. Kebutuhan
Sosial
Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat dalam kelompok
kerja atau antar kelompok.
d. Kebutuhan harga diri
Kebutuhan
akan kedudukan dan kehormatan yang diterima dalam suatu lingkungan.
e. Kebutuhan Aktualisasi diri
Hal
ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan seringkali nampak pada hal-hal yang
sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Senantiasa percaya pada
diri sendiri.
2.
Teori McClelland
Menurut
McClelland, ada tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang, yaitu :
a.
Kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan
seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian
atau memiliki standar yang tinggi. Hal itu tercapai dengan cara merumuskan
tujuan, timbal balik, tanggung jawab pribadi dan bekerja keras.
b. Kebutuhan
akan kekuasaan
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk
mengatur atau memimpin orang lain. Ini sangat tergantung pada pengalaman masa
kecil, kepribadian, pengalaman kerja dan tipe organisasi.
c. Kebutuhan
akan afiliasi
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan
untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan
yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. Hal itu tercapai
dengan cara bekerja sama dan sosialisasi.
3.
Teori Douglas McGregor X, Y dan Z
Orang-orang bijak pernah berkata bahwa ada dua jenis manusia
di dunia ini, yaitu orang membedakan orang lain dalam golongan tertentu dan
orang yang sebaliknya. Douglas McGregor menyajikan nuansa baru dengan
mengemukakan dua jenis manajer: manajer teori X dan manajer teori Y serta Z.
a.
Teori X
McGregor mengatakan bahwa pimpinan dengan teori X memiliki
keyakinan semua orang didunia ini pada dasarnya suka bermalas-malasan yang
lebih sukadiberi arahan secara detail tentang apa yang hrus dilakukan,
menghindari tanggung jawab serta memiliki sedikit ambisi. Mereka tidak layak
dipercaya dan harus diawasi terus-menerus dengan ketat. Mereka mau bekerja demi
uang semata. Dua sudut pandang itu desebut dengan teori X dan Teori Y.
Asumsi-asumsi
Teori X sebagi berikut :
Orang tidak suka dan mencoba mengindarinya.
Orang lebih suka diarahkan, untuk
mengindari tanggung jawab, untuk memperoleh rasa aman. Mereka hanya mempunyai
sedikit ambisi.
Orang tidak suka bekerja, sehingga
manajer harus mengontrol, mengarahkan, memaksa, dan mengancam karyawan agar
mereka bekerja kearah tujuan-tujuan organisasi.
b.
Teori Y
Menurut McGregor, pimpinan teori Y mempunyai keyakinan yang
berlawanan dengan para pimpinan teori X. Manajer seperti ini berkeyakinan bahwa
orang bekerja karena benar-benar menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar
uang semata. Mereka berhak memperoleh kepercayaan. Mereka mampu mengatur
dirinya sendiri. Mereka tidak membutuhkan orang lain untuk memaksa mereka
setiap saat. Seorang pimpinan teori Y menghargai orang lain dengan keyakinan
bahwa mereka dapat bekerja bahkan lebih dari yang mereka kira sanggup mereka
kerjakan. Untuk beberapa pegawai, khususnya mereka kurang percaya diri atau
mereka takut mencoba mengembangkan sayap, kepercayaan itu dapat menjadi salah
satu motivasi yang hebat dan penghargaan paling membanggakan bagi mereka.
Asumsi-asumsi
Teori Y sebagai berikut :
Orang
pada hakikatnya bukan tidak suka bekerja.
Orang
memiliki kapasitas untk menjadi inivatif, dalam memecahkan problem-problem
organisasi.
Orang
itu cemerlang, namun, dibawah sebagian besar kondisi perusahaan, potensi mereka
menjadi tidak termanfaatkan
Orang
akan mencari dan menerima tanggung jawab dibawah kondisi-kondisi yang
menguntungkan.
Orang
secara internal termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan terhadap mana mereka
telah berkomitmen.
c.
Teori Z
Pendekatan ini diusulkan oleh William Ochi (1981), teori Z
melihat pengambilan keputusan kolektif dan tanggung jawab kelompok memberikan
dukungan sosial yang diperlukan bagi tercapainyakinerja puncak. Hal itu terjadi
lewat penciptaan rasa aman yang memungkinkan para karyawan membangkitkan
ide-ide baru tanpa takut ditolak atau gagal.
4.
Teori Harapan (Expectancy Teory)
Teori
ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan
suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa
tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari
keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang
karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia
meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu
penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti
bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan
pribadi karyawan tersebut.
Teori ini dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : M =
[(E-P)].[(P-O)V]
M = Motivasi
E = Penghargaan
P = Prestasi
O = Hasil
V = Penilaian
5.
Teori Frederick Herzberg
Frederick Hezberg mengemukakan teori motivasi berdasar teori
dua faktor yaitu faktor, higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow
menjadi dua bagian, yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan
sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta
mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan
memenuhi kebutuhan tingkat tingginya.
Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan,
administrasi perusahaan dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan
menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang
tidak akan terpuaskan.
Menurut
hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan, yaitu :
Hal-hal
yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan
berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri
dan adanya pengakuan atas semua itu.
Hal-hal
yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat
embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat
dan lain - lain sejenisnya.
Karyawan
akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi
sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a.
Maintenance Factors
Faktor
-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Faktor
motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan
sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.
6. Penerapan Teori Dua Faktor Herzberg
Dalam Organisasi
Dalam kehidupan organisasi,
pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun
motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh
Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
Motivasi sebagai suatu yang penting (important subject)
Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling subject)
7. Teori Clayton Alderfer
Clayton
Alderfer mengenengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan
manusia akan keberadaan (exsistence),
hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini
sedikit berbeda dengan teori Maslow. Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan
kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu
dan dari situasi ke situasi.
8. Teori Keadilan
Teori motivasi ini didasarkan pada
asumsi bahwa orang -orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara
adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari
organisasi.
Teori ini dirumuskan
sebagai berikut :
M
= Eq (O/W)
Dimana :
M = Motivasi
Eq = keadilan yang diterapkan pada pekerja lain
O = Hasil apa yang diberikan orang lain
W = Gaji
Motivasi
kerja yang diberikan Manajemen kepada karyawan FJ Square yakni memberikan
insentif kepada karyawan berupa :
1.
Memberiakan honor tambahan sebesar Rp 200.000,- kepada kayawan yang dinilai
memiliki kinerja bagus.
2.
Memberikan tunjangan hari raya
3.
Serta memberikan insentif – insentif lainya diluar gaji pokok
Pengertian
pemimpin
Sarros
dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour
of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit
of individual as well as the organization or common good". Menurut
definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using
power to influence the thoughts and actions of others in such a way that
achieve high performance".
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara
lain:
Pertama : kepemimpinan
berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan
(followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima
arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan,
kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua: seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin
dapat bersumber dari:
1. Reward power, yang didasarkan atas persepsi
bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan
penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
2. Coercive power, yang didasarkan atas
persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi
bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
3. Legitimate power, yang didasarkan atas
persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan
otoritas yang dimilikinya.
4. Referent power, yang didasarkan atas
identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat
menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau
karismanya.
5. Expert power, yang didasarkan atas persepsi
bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai
keahlian dalam bidangnya.
Ketiga: kepemimpinan
harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri
dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain
(communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership)
seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut
berbeda.
Macam –
macam Tipe Kepemimpinan:
1. Tipe
Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe
Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap terlalu melindungi,
(3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
(4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
(5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi
dan daya kreativitas mereka sendiri,
(6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai
kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe
Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana,
(2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
(3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara
ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku
dari bawahannya,
(5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan
kritikan-kritikan dari bawahannya,
(6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
(1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan
mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi,
(4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri,
(5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang
mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian
dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan
atas pertimbangan pribadi,
(7) adanya sikap eksklusivisme,
(8) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif,
kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin
ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
6. Tipe
Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe
Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe
Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Gaya
kepemimpinan adalah serangkaian sikap, sifat dan karakter dari seorang pemimpin
yang cenderung ditonjolkan dalam menggerakan organisasi.
pengertian
komunikasi
Komunikasi
adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak
yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama. Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling
bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita
(receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja,
tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai
tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Pengertian
hambatan
A. Hambatan
internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait
kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan
pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang
yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan
baik.
B.
Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contoh lainnya,
perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Klasifikasi
Komunikasi dalam organisasi
Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
contoh: presentasi
b. Komunukasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan
contoh: email
c. Komunikasi Verbal
komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
contoh: curhat
d. Komunikasi Non Verbal
komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
contoh: seseorang yang nerves (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
contoh:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
contoh: kelompok satpam menginterogasi maling
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
contoh: debat partai politik
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi
contoh: rapat pemegang saham
b. Komunikasi Informal
komunikasi yang tidak resmi
contoh: berbicara dengan teman
Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
contoh: presentasi
b. Komunukasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan
contoh: email
c. Komunikasi Verbal
komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
contoh: curhat
d. Komunikasi Non Verbal
komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
contoh: seseorang yang nerves (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
contoh:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
contoh: kelompok satpam menginterogasi maling
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
contoh: debat partai politik
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi
contoh: rapat pemegang saham
b. Komunikasi Informal
komunikasi yang tidak resmi
contoh: berbicara dengan teman
Pengertian Pengawasan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
pengawasan berasal dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam
arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali
memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awas.
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh
manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang
telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan
standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk
melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien
mungkin didalam mencapai tujuan.
Klasifikasi
pengawasan
Ada beranekaragam atau bermacam-macam jenis daripada
pengawasan. Di antara banyak jenis-jenis pengawasan itu adalah sebagai berikut
:
1. Dilihat dari bidang kerja atau objeknya pengawasan
terdiri dari :
a. Pengawasan
dibidang penjualan.
b. Pengawasan dibidang keuangan dan pembiayaan.
c. Pengawasan di bidang material dan perbekalan.
d. Pengawasan dibidang personalia.
e. Pengawasan dibidang kualitas atau mutu.
f. Pengawasan dibidang produksi.
g. Pengawasan dibidang anggaran.
2. Dilihat dari segi subjek atau petugas control atau yang
melakukan pengawasan, maka pengawasan dapat dibedakan atas :
a.
Pengawasan internal, yakni
pengawasan yang dilakukan oleh petugas-petugas dari organisasi atau perusahaan
atau jawatan yang sedang melaksanakan kegiatan.
b. Pengawasan eksternal, adalah pengawasan yang dilancarkan
oleh petugas-petugas dari luar organisasi ataupun perusahaan atau jawatan yang
bersangkutan, baik merupakan pengawasan dari pihak pemerintah maupun dari
masyarakat umum.
c.
Pengawasan formal, yakni pengawasan
yang dilakukan oleh petugas-petugas resmi atau petugas-petugas yang sudah
ditunjuk sebelumnya dan biasanya dilakukan sesuai dengan rencana, program
maupun jadwal yang sudah ditetapkan semula.
d. Pengawasan informal, yakni pengawasan yang dilakukan
petugas-petugas yang ditunjuk sewaktu-waktu, dilakukan oleh petugas tidak resmi
dan sering kali pengawasan jenis ini dilakukan seketika jika terjsdi hal-hal
yang tidak dibenarkan menurut rencana serta sering dilakukan di luar program
dan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
e.
Pengawasan manajerial adalah
pengawasan yang dilakukan oleh manajer atau pemimpin, biasanya menyangkut
segala sesuatu yang berkenaan dengan proses manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian dan penggerakan orang-orang.
f.
Pengawasan staf, yakni pengawasan
yang dilakukan oleh staf yang memang diberi tugas untuk melakukan pengawasan
dalam bidang-bidang kegiatan tertentu.
3. Ditinjau dari segi waktu, maka pengawasan dapat
dikatagorikan :
a.
Pengawasan Preventif, yakni
pengawasan yang bermaksud mencegah timbulnya kesalahan-kesalahan dan hal-hal
yang tidak diinginkan. Pengawasan ini dinamai pengawasan pencegahan.
b. Pengawasan Improses, adalah pengawasan yang dilakukan sedang
terjadinya penyimpangan atau kekeliruan- kekeliruan dengan maksud agar
pelaksanaannya sesuai dengan rencana.
c.
Pengawasan Represif, yaitu
pengawasan yang dilakukan sesudah terjadinya penyimpangan atau kesalahan,
dengan tujuan untuk memperbaiki dan agar kelak pelaksanaan selanjutnya tidak
akan terjadi lagi kesalahan dan penyimpangan.
4. Dilihat dari segi lainnya, maka pengawasan dapat digolongkan
atas beberapa jenis, misalnya :
a.
Pengawasan umum, yakni pengawasan
yang dilakukan secara keseluruhan daripada segenap kegiatan yang dilakukan.
b. Pengawasan khusus adalah pengawasan yang dilakukan untuk
bidang-bidang kegiatan tertentu saja, tidak menyeluruh, tetapi pengawasan
terhadap bagian-bagian tertentu saja.
c.
Pengawasan langsung adalah
pengawasan yang langsung dilakukan ke tempat dimana pekerjaan sedang
berlangsung.
d. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan
melalui control mekanis, misalnya dengan laporan lisan, laporan tertulis,
melalui data statistic neraca dan sebagainya.
e. Pengawasan mendadak, yaitu pengawasan yang dilakukan di luar
program, pemgawasan dengan tiba-tiba tanpa terlebih dahulu member tahukan
kepada pekerja atau petugas yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut.
pengawasan mendadak ini sering pula disebut “in cognito”.
f.
Pengawasan teratur adalah pengawasan
yang dilakukan sesuai program dan jadwal yang sudah disusun sebelumnya,
diadakan secara periodik, secara berkala.
g. Pengawasan terus menerus, yakni pengawasan yang dilakukan
tanpa hentinya selama kegiatan berlangsung. Pengawasan jenis ini biasanya
dilakukan terhadap kegiatan yang menggunakan tenaga kerja harian. Pengawasan
ini dikatakan juga continue control.
Sumber :
http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hambatan-komunikasi/
http://mochazmcpower.blogspot.com/2013/01/teori-motivasi-menurut-para-ahli.html
TUGAS 3 ORGANISASI